Tips Bagi Guru Agar Berhasil Saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Pembelajaran tatap muka yang akan digelar pada tahun ajaran baru 2021/2022 pada juli, banyak menimbulkan perdebatan dan pertanyaan. Pembelajaran tatap muka terbatas hanya akan digelar pada daerah yang tidak menerapkan PPKM.
Sementara dalam pelaksanaannya kapasitas siswa 20 persen saja dan Jumlah jam tatap muka 2 jam dalam sepekan, hal ini menimbulkan pertanyaan dikalangan guru dan orang tua. Sedangkan dalam Revisi SKB 4 Menteri tidak ada disebutkan hal tersebut. Namun Kemendikbud Ristek menyampaikan hal tersebut tidak ada disampaikan dalam SKB 4 Menteri, jadi harus berpedoman pada Panduan tersebut.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meminta penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas perlu berfokus pada hal esensial atau penting. Sesditjen GTK Kemendikbud Ristek, Nunuk Suryani menekankan, tidak ada tekanan bagi guru dalam menuntaskan kurikulum. Karena, PTM terbatas dilaksanakan di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Namun guru harus tetap merancang proses pembelajaran sesuai pedoman penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas yang dikeluarkan oleh pemerinta. Agar berhasil dan sukses dalam pelaksanaan proses pembelajaran tatap muka terbatas dirangkum dari beberapa sumber, berikut tips agar berhasil saat pembelajaran tatap muka terbatas :
Kewenangan untuk membuka sekolah sekarang ada pada Pemerintah Daerah. Maka sekolah perlu berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan atau untuk madrasah melalui Kemenag agar bisa mendapatkan izin pembelajaran tatap muka. Sekolah juga perlu mendiskusikan rencana pembukaan sekolah ini dengan komite sekolah sebagai perwakilan orangtua di sekolah. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendapatkan dukungan dalam pembukaan sekolah.
2. Sosialisasi
Sosialisasi ini dilakukan untuk dua tujuan. Pertama, untuk mendengar pendapat orangtua mengenai rencana dibukanya pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Kedua, memastikan orangtua mempersiapkan anaknya untuk mematuhi protokol kesehatan saat kembali belajar di sekolah. Bila ada orangtua keberatan anaknya belajar tatap muka di masa pandemi ini, maka sekolah perlu bersiap diri mempersiapkan melayani pembelajaran untuk anaknya. Pilihan pembelajaran daring atau luring tetap bisa dilaksanakan.
3. Menyiapkan sarana dan protokol kesehatan
Kesiapan fisik sekolah seperti sarana sanitasi dan kebersihan, kesiapan menerapkan masker dan memiliki thermogun, fasilitas pelayanan kesehatan, sampai kepada peraturan pembelajaran di sekolah yang terintegrasi dengan kesepakatan dengan orangtua. Misalnya peraturan mengantar dan menjemput anak, pengaturan jarak tempat duduk, pembatasan jumlah siswa perkelas, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan anak di sekolah.
4. Simulasi
Simulasi ini harus diikuti kepala sekolah, guru maupun tenaga kependidikan sekolah. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya persiapan dalam mempersiapkan mental belajar tatap muka di sekolah. Sekaligus, memastikan protokoler kesehatan dilaksanakan baik warga sekolah. Sekolah juga harus memiliki pemetaan warga sekolah yang memiliki comorbid atau penyakit bawaan, tidak memiliki akses transfortasi yang aman, sampai pada pemetaan memiliki riwayat perjalanan dari daerah dengan tingkat resiko Covid-19 yang tinggi. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya pemetaan pencegahan Covid-19 terjadi disaat pembelajaran tatap muka. Hal ini bisa dilakukan dengan kerja sama bersama puskesmas atau dinas kesehatan setempat. Fungsi tenaga UKS (usaha kesehatan sekolah) harus dioptimalkan untuk memantau siswa mematuhi protokol kesehatan saat berada di sekolah sampai mereka pulang.
5. Satgas belajar tatap muka
Kepala sekolah, guru dan orang tua harus memahami bahwa kegiatan pembelajaran tatap muka di masa pademi tidaklah sama belajar di masa normal. Hal ini akan besar pengaruhnya terhadap efektifitas belajar dan resiko yang akan dihadapi di saat anak berada di sekolah. Dalam prosesnya kepala sekolah dapat membentuk tim satgas pembelajaran tatap muka serta tim Monev yang tergabung dalam Tim UKS serta Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Tim ini membuat jadwal siswa yang hadir di sekolah pada waktu dan hari yang ditentukan serta mensinkronkan dengan jadwal pelajaran yang ada. Baik jadwal tatap muka maupun jadwal saat pembelajaran daring.
6. Jadwal Terintegrasi
Jadwal yang dipersiapkan harus ada pertimbangan terhadap kesiapan orang tua dalam mengantarkan anak serta menjemputnya kembali di sekolah. Jadwal pelajarannya harus sinkron dengan pembelajaran daring yang selama ini telah dijadwalkan. Artinya pihak sekolah menyusun jadwal pembelajaran tatap muka yang mengarah kepada pembelajaran yang memerlukan kegiatan siswa seperti praktik maupun uji coba.
Sementara untuk jadwal dan materi pembelajaran daring lebih menekankan kepada pembelajaran teori atau pembelajaran sifatnya tidak memerlukan tatap muka langsung. Cara ini membuat pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring terintegrasi dengan baik. Resiko anak-anak berkumpul dan bermain juga dapat dikurangi. Tentunya kita semua berharap pembelajaran tatap muka ini bukan jalan menyiapkan klaster baru Covid-19. Sekali lagi, sekolah harus aman bagi guru dan siswa.
7. Analisa kompetensi dasar
Sebelum pembelajaran tatap muka terbatas berjalan, guru harus melakukan analisis untuk menemukan kompetensi esensial bagi siswa. Salah satu caranya adalah menyederhanakan (bukan memadatkan) materi untuk memperpendek waktu pembelajaran. Hasilnya adalah waktu yang disediakan juga dapat digunakan untuk berbagai aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan hidup siswa.
8. Kenali kemampuan siswa
Pada awal pertemuan PTM terbatas, selama 1-2 minggu siswa diberikan pembelajaran dengan materi pengulangan dari yang sudah disampaikan pada saat belajar dari rumah. Guru perlu mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang sudah dan belum dikuasai siswa. Hasil identifikasi tersebut menjadi bahan materi pembelajaran selanjutnya. Upaya ini untuk meminimalisir learning loss atau penurunan kemampuan belajar siswa saat mereka harus belajar dari rumah.
9. Kolaborasi
Kepala sekolah harus bekerja sama dengan guru untuk mendesain program pembelajaran dan menentukan pelaksanaan program sekolah, seperti literasi atau program kekhasan lainnya. Setelah itu guru dapat merancang rencana pembelajaran dalam satu semester.
Rencana pembelajaran didesain dengan sederhana, memuat langkah-langkah esensial dalam setiap minggunya. Setiap minggu ditulis dengan jelas kemampuan apa yang harus dicapai siswa dan tema apa yang diangkat.
10. Memaksimalkan pencapaian kompetensi
Pada awal pembelajaran, guru memberi topik yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai siswa. Misalnya hari ini siswa akan bermain dengan air. Siswa dapat diarahkan membaca buku fiksi tentang air untuk meningkatkan minat mereka.
Setelah itu siswa dapat diminta untuk membentuk kelompok, lalu melakukan permainan dengan air. Bisa melalui pelajaran IPA belajar konsep tekanan air, pelajaran PPKn tentang cara menghemat penggunaan air untuk belajar hak dan kewajiban, atau bahkan matematika belajar menghitung debit air.
Setelah selesai, siswa diminta untuk menceritakan kembali apa yang telah dilakukannya, bisa secara lisan (berbicara dan menyimak) maupun tertulis. Jangan lupa tambahkan video pendukung pembelajaran yang dapat menguatkan materi yang telah diterima mereka.
11. Lakukan pembagian kelompok siswa PJJ dan PTM
Dalam pembelajaran tatap muka terbatas, ada ketentuan yang harus dipatuhi tentang kapasitas siswa dalam satu kelas yakni 20-50 % saja, dan tatap muka terbatas dilakukan dua hari dalam satu pekan masing-masing dua jam pertemuan. Tidak menutup kemungkinan guru akan membagi kelompok dalam proses pembelajaran PJJ dan PTM.
12. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Jadwal Pembelajaran
Menyususn jadwal tatap muka terbatas dalam satu bulan hingga satu semester pembelajaran, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun berdasarkan kondisi dan keadaan disekolah masing-masing.
Yang perlu diingat dalam pembelajaran tatap muka terbatas, melibatkan semua pihak yakni orang tua siswa, guru, dan pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan PTM atau tidak.