Anak Pingsan Usai Divaksin di Sekolah, Ortu Murid Ngamuk

 Anak Pingsan Usai Divaksin di Sekolah, Ortu Murid Ngamuk

Kasus tumbangnya pelajar usai menjalani vaksinasi kembali terjadi. 

Kali ini, seorang siswi di SMA Negeri 1 Kuta Selatan pingsan usai disuntik vaksin, Selasa (13/7). 

Siswi berinisial CRLN kemudian dibawa ke Rumah Sakit Surya Husada, Nusa Dua, untuk mendapat perawatan. 

Putu Arwata, orang tua siswa saat dikonfirmasi menuturkan, hingga putrinya pingsan usai divaksin, ini berawal dari dirinya mendapat telepon dari salah seorang teman anaknya. 

Saat ditelepon, Arwata mendapat kabar jika putrinya pingsan di sekolah. 

Mendapat informasi, Arwata yang kaget dan panik langsung bergegas ke sekolah. Ia datang ke sekolah bersama istrinya. 

“Setibanya di sekolah, saya melihat putri saya sudah terbaring di ruangan kelas,” ungkap Arwata. 

Selanjutnya, satu jam menunggu observasi, Arwata merasa tidak ada tindakan yang berarti terhadap putrinya. 

Justru saat itu, Arwata mendapat tawaran untuk membawa putrinya ke rumah dengan menggunakan ambulans. 

“Masalah antar dengan ambulans, saya sendiri bisa bawa anak saya pulang. Tapi mekanismenya ini yang tidak tepat, sistemnya tidak benar. Yang saya minta, berikan rekomendasi dari dokter. Kalau dokter sudah beri rekomendasi anak saya boleh dibawa pulang, maka ketika itu pun saya pulang,” ucapnya. 

Menurut Arwata, rekomendasi dokter merupakan hal yang penting dalam situasi semacam itu. Karena merunutnya, rekomendasi itu berkaitan dengan tanggung jawab. 

“Setelah saya jawab demikian, datanglah dokter untuk mengecek tensi dan hasilnya normal. Begitu cek tensi, hasilnya rendah. Hingga akhirnya saya diminta untuk menunggu observasi selama 20 menit,” terangnya. 

Sayangnya hingga aktivitas vaksinasi usai, Arwata mengaku tidak juga mendapat kepastian soal anaknya. 

Bahkan kata dia, ketidakpastian itu terjadi hingga kondisi sekolah sepi dan hanya menyisakan para guru dan tim ambulans Desa Kutuh. 

Saat itulah Arwata naik pitam dan mempertanyakan soal tanggung jawab petugas medis penyelenggara vaksinasi. 

Karena tidak ada kejelasan, bersama para guru, Arwata akhirnya membawa putrinya ke RS Surya Husadha dengan berbekalkan BPJS Kesehatan mandiri.  

“Jadi tidak ada (petugas) medisnya saat itu. Yang ada hanya tim ambulans Desa Kutuh. Yang dari vaksin-vaksin itu tidak ada,” sebutnya dengan nada kesal. 

Selain itu ia juga sempat menghubungi nomor ponsel atas nama Wayan Suardika yang tertera pada Kartu Vaksinasi Covid-19 putrinya. 

Namun jawaban yang diterima ternyata tidak memuaskan. Karena yang bersangkutan mengaku tidak tahu-menahu, kenapa namanya dicantumkan pada kartu vaksin. 

Padahal dirinya bukanlah seorang dokter. Berkaca dari kejadian tersebut, Arwata menyebut sangat menyayangkan. 

Padahal selama ini, sebagai Kepala Perumahan Raya Kampial, dirinya sangat getol mengkampanyekan program vaksinasi Covid-19. 

“Saya tidak ada niat menjelekkan pemerintah. Karena menurut saya pemerintah yang ada di atas, mulai dari Presiden, itu sudah bagus. Tapi sepertinya yang di bawah ini tidak menjalankan apa yang dimandatkan beliau di atas,” sebutnya. 

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Badung, dr. I Nyoman Gunarta membenarkan kejadian tersebut. 

Kadiskes mengaku mendapatkan laporan bahwa siswi tersebut menerima suntikan vaksinasi sekitar pukul 09.15. 

“Saat ini kondisinya membaik dan dirawat sementara di RS Surya Husada,” ujar dr. Gunarta 

Menurut dokter asal Sibang Gede ini, setelah menjalani vaksinasi jenis sinovac kondisi tubuhnya stabil. 

Ia mengungkapkan bahwa saat diperiksa usai vaksinasi baik tensi, denyut nadi dan saturasi oksigen dalam kondisi stabil. 

“Karena ketakutan saja, kemudian atas permintaan orang tua diobservasi di Rumah Sakit,” pungkasnya.  

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel