Saatnya Para Pejuang Data Merajut Asa, dalam Rapimnas FOPPSI
FOPPSI (Forum Operator
Pendataan Pendidikan Seluruh Indonesia) merupakan forum resmi sebagai wadah
perjuangan para operator sekolah yang mengelola aplikasi pendataan yang dikenal
dengan aplikasi Dapodik disetiap sekolah. Jika melihat perjuangan para operator
data ini dari berbagai forum diskusi sejak beberapa tahun terakhir terlihat
gelombang asa yang muncul dari mereka semakin besar. Hari ini Kamis s/d Sabtu
tanggal 6 s/d 8 Juli 2017 menggelar Rapimnas 2017 di kota pahlawan Surabaya.
Para pengurus perwakilan operator sekolah dari berbagai daerah ini menggelar
pertemuan berkala nasional sekaligus sebagai ajang konsolidasi menyatukan visi
dan misi organisasi
Sejak aplikasi Dapodik
diluncurkan tahun 2012 yang lalu, sistem informasi pendataan pendidikan dari
sekolah menjadi lebih mudah. Pemerintah menjadi sangat terbantu dengan aplikasi
berbasis sinkronisasi online ini. Data pendidikan di kementerian pendidikan
menjadi angka indah yang mudah dinikmati oleh siapapun, hanya dengan klik
download kita bisa melihat statistik data pendidikan di Indonesia. Termasuk
data guru bersertifikasi yang bisa tersenyum bahagia memperoleh tunjangan dari
pemerintah, semua menjadi mudah dengan tekhnologi. Namun dibalik itu semua, tidak
banyak yang tau bahwa data-data tersebut dikirim dari sekolah langsung melalui
proses sinkronisasi dikirim oleh server aplikasi Dapodik, data diinput,
diverivikasi, dan divalidasi oleh para operator yang ada disetiap sekolah.
Keberhasilan program pendataan
pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Operator Sekolah.
Merekalah pihak yang berperan penting dari keberhasilan dan kevalidan data
kondisi sekolah, pendidik, maupun peserta didik. Ditangan para Operator inilah
nasib semua data yang ada di sekolah di tentukan. Ditengah kemajuan tekhnologi
kehidupan ditawarkan dengan semua kecanggihan, hampir semua pekerjaan dan
lembaga menggunakan sistem online. Proses pengelolaan data ini membutuhkan
peran operator yang memiliki keahlian khusus selain mampu menguasai teknologi
terutama komputer, operator juga dituntut untuk siap melakukan sinkronisasi
kapanpun dan dimanapun dengan akses internet.
Tak jarang mereka harus
meluangkan waktu hingga larut malam menunggu akses internet dengan biaya kuota
dari kantong mereka sendiri. Kisah perjuangan para operator sebenarnya sudah
menjadi bahan diskusi internal mereka melalui berbagai media sosial yang mereka
miliki. Kegelisahan operator mulai muncul manakala pekerjaan yang dibebankan
kepada mereka dirasa begitu berat, peningkatan kompetensi para operator dengan
bimbingan tekhnis (bimtek) aplikasi Dapodik yang setiap saat harus diupdate
belum diperoleh secara maksimal. Selain itu perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan operator yang sebagian besar adalah tenaga lepas (honorer)
ataupun Guru Tidak Tetap (GTT) yang merangkap sebagai operator disekolah
menambah ketidakpastian nasib mereka.
Ditengah kebanggan mereka
dengan sebutan para pejuang data yang mengelola data pokok pendidikan, mulai
dari iput data, verifikasi dan validasi data peserta didik, guru dan tenaga
kependidikan yang saling terkait terselip kegalauan yang mendalam tentang ketidakpastian
nasib mereka. Pasalnya, sebagian dari mereka menerima honor dari sekolah yang
berasal dari dana BOS dengan besaran yang jauh dibawah dari upah minimum
setempat. Sebagian lagi dari mereka juga adalah guru yang merangkap, lebih
tepatnya Guru Tidak Tetap yang juga memiliki kegelisahan nasib untuk sejahtera.
Momentum berkumpulnya para
pengurus FOPPSI kali ini semestinya menjadi perhatian khusus bagi siapapun yang
terlibat dalam pengelolaan pendidikan di negeri ini. Bagi satuan pendidikan,
bersama pemerintah daerah melalui Dinas terkait harapannya bisa memberi ruang
bagi organisasi profesi ini untuk hadir mendukung profesionalisme kerja para
operator sekolah didaerah masing-masing. Terbentuknya pengurus FOPPSI
diberbagai daerah adalah bagian dari indikasi bahwa para operator membutuhkan
wadah berkumpul memperjuangkan hak dan nasib mereka. Bagi FOPPSI sendiri
Rapimnas bukan hanya sekedar ajang curhat dan beradu cerita gelisah, namun
inilah kesempatan bagi para operator untuk merapatkan barisan perjuangan. Forum
ini menjadi wadah diskusi serius yang melahirkan konsolidasi dan koordinasi
bagi FOPPSI kedepannya.
Melalui FOPPSI para operator
berjuang menyatukan diri untuk menyamakan cita-cita mengharap datangnya sebuah
perhatian dari pemerintah. Tentu perhatian yang paling mereka nantikan adalah
pengakuan keberadaan operator sekolah yang tertuang dalam peraturan pemerintah
melalui penyempurnaan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah. Bagi para operator yang merangkap sebagai guru, harapan
mereka tentu saja dengan diakuinya tugas tambahan sebagai operator sekolah bagi
mereka. Dapodik adalah program aplikasi yang diluncurkan pemerintah untuk
memudahkan proses pendataan pendidikan. Sudah semestinya perhatian pemerintah
bukan hanya pada program aplikasinya yang terus mengalami penyempurnaan,
penting juga memperhatikan nasib SDM yang menjadi petugas pengelola aplikasi
tersebut yaitu para Operator Sekolah.
Bagi para operator sekolah,
sudah saatnya momentum Rapimnas yang digelar di kota Pahlawan ini menyemangati
perjuangan mereka untuk terus berjuang dengan peningkatan kinerja yang lebih
baik. Kegelisahan dan jutaan keluhan akibat ketidapastian nasib yang mereka
rasakan hendaknya tetap disalurkan melalui forum dan cara-cara yang tepat.
FOPPSI merupakan forum yang bisa menjadi jembatan untuk berjuang merajut asa
bagi para operator untuk lebih profesional dan sejahtera. Boleh saja mengeluh,
namun profesionalisme perlu tetap dijaga. Tahun Ajaran baru 2017/2018 tinggal
beberapa hari kita jelang, Semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
termasuk para Operator Sekolah perlu menyiapkan diri dengan pekerjaan rutin
diawal tahun ajaran dengan semangat untuk bekerja lebih baik demi data
pendidikan yang tepat dan akurat. Melalui Rapimnas FOPPSI 2017, saatnya
operator sekolah bersatu merajut asa untuk lebih profesional dan sejahera.
Semoga !