Guru SD di Papua Ditembek Mati Oleh Kelompok KKB, Dikira Mata-mata
Kolase 2 Guru asal Toraja Utara yang meninggal setelah ditembak KKB Papua (Foto: SuaraSulsel.id/Istimewa)
Guru SD di Papua Ditembek Mati Oleh Kelompok KKB, Dikira Mata-mata.
Junaedi
Arung Sulele, Kepala Sekolah SMPN 1 Beoga, Kabupaten Puncak, Papua,
mengatakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) sempat mengepung rumah
Oktovianus Rayo sebelum guru kontrak yang sudah 10 tahun mengajar di
sekolah dasar (SD) Klemabeth itu ditembak Kamis (8/4).
Dia ditembak oleh KKB karena dianggap sebagai pendatang yang bertugas sebagai mata-mata.
"Dari
informasi yang saya terima, rumah mendiang Oktovianus Rayo dikepung
sebelum KKB masuk ke rumah dan menembak korban," ungkap Junaedi kepada
Antara di Timika. Selain Rayo, penembakan juga menimpa Yonatan Renden,
Jumat (9/4), guru kontrak yang sudah mengabdi selama 2 tahun di Beoga.
Junaedi
mengatakan letak Beoga sulit dijangkau, menyebabkan tidak banyak orang
maupun pendatang yang mau bertahan apalagi berprofesi sebagai pendidik
di sana.
"Selama
ini situasi aman-aman saja, aparat keamanan dari Koramil, Polsek dan
satgas TNI-Polri selama ini memang sudah berjaga di Beoga," kata Junaedi
seraya menambahkan, selama ini guru pendatang dekat dengan masyarakat
asli Kabupaten Puncak.
Total
ada 11 orang guru pendatang. Sebagian masih mengungsi di Koramil.
Junaedi pun sempat mengungsi ke rumah warga saat penembakan Kamis (8/4).
Dia menyaksikan langsung anggota Koramil mengevakuasi jenazah
Oktovianus.
Jenazah dua korban penembakan sudah dievakuasi ke Timika, Sabtu (10/4).
Dua
guru tersebut ditembak oleh KKB karena dianggap sebagai mata-mata.
Pihak keluarga menyesalkan penembakan tersebut karena merupakan tindakan
kejahatan kemanusiaan yang tidak dapat dibenarkan.
"Tuduhan
KKB kepada korban penembakan sebagai mata-mata aparat keamanan hanyalah
modus KKB untuk menutupi kejahatan kejinya terhadap korban. Itu hanya
modus KKB. Di sini mereka sering mengancam kios-kios pendatang untuk
menyerahkan uang Rp20 juta rupiah per kios," ujar keluarga Rayo
berinisial RS.
Kepala
Humas Satgas Nemangkawi, Komisaris Besar Polisi M Iqbal Alqudussy,
mengatakan, Rayo dan Renden hanya menjalankan tugas sebagai guru dengan
niat mulia untuk mencerdaskan anak anak pedalaman di kabupaten Puncak,
Papua.
"Tidak
ada bukti kedua guru tersebut sebagai mata-mata aparat. Siapapun yang
punya hati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut.
Saya sebagai manusia sangat berduka dan prihatin terhadap keluarga
almarhum," kata Alqudussy.
Ia
mengatakan peristiwa serupa pernah juga terjadi tepatnya pada 22 Mei
2020, ada tenaga medis yang sedang menangani Covid-19 ditembak karena
dilabeli intel oleh kelompok bersenjata.
"Tindakan-tindakan KKB ini juga termasuk kategori pelanggaran hak asasi manusia," ujarnya.
Dinas
Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua berharap
tenaga pendidik di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak
dapat segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Kepala
Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua
Christian Sohilait di Jayapura mengatakan setelah mendapat kabar terkait
guru yang menjadi korban penembakan, pihaknya langsung berkoordinasi
dengan Wakil Gubernur dan Sekda Provinsi bersama Kapolda Papua.
"Untuk
pengamanan kami serahkan kepada pihak kepolisian, yang diharapkan
adalah adanya jaminan keamanan bagi guru-guru yang kini masih berada di
Beoga," katanya.